BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada
1258 M, Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah komando Hulaghu Khan.
Sebuah kekutan baru dari Asia Tengah ini berhasil menumbangkan Daulah Abbasiah
yang menjadi pusat kegiatan umat Islam. Mereka terkenal dengan bangsa yang
kejam, tidak beradab, dan keji. Akan tetapi, pada kesempatan lain, mereka juga
memiliki sumbangsih yang besar terhadap dunia Islam. Tercatat dalam sejarah,
beberapa dinasti Mongol Islam memberikan tambahan bukti bagi perkembangan
peradaban Islam. Dinasti-dinasti tersebut merupakan dinasti yang tangguh, sifat
mereka tidak dapat dipisahkan dari pendiri bangsa Mongol dan berhasil membawa
mereka pada tampuk kejayaan yang tidak akan dilupakan dalam sejarah.
Dia
tampil sebagai pioner yang mengawali karir ketika masih belia, usia tidak
menghalanginya untuk berjuang keras memajukan bangsa Mongol. Usaha keras ini
berhasil ketika ia mampu mengkonsolidasi bagsa Mongol yang awalnya
terpisah-pisah dan saling serang, menjadi satu bangsa. Ia mendapatkan hasil
yang gilang-gemilang dan menempatkannya sebagai pemimpin tertinggi di kalangan
bangsa Mongol. Usaha ini tentu saja tidak semudah yang kita bayangkan. Banyam
tantagan dan rintangan yang menyertai, membantunya untuk lebih mawas dalam
mengambil kebijakan serta mengatur sebuah bangsa yang besar. Lissner bahkan
menyebutnya sebagai tokoh yang paling ditakuti pada awal abad ke XIII M.
Sebutan ini tidaklah mengejutkan jika kita dapat mengetahui bagaimana jalan
panjang bangsa Mongol untuk mendapatkan kejayaannya di dunia pada masa itu.
Makalah
ini mencoba menguraikan mengenai awal kemunculan bangsa Mongol. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi teman-teman dalam
mengkaji Islam di Asia Tengah. Sebagai penulis, kami sangat menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari
teman-teman sangat kami perhatikan sebagai acuan dalam memperbaiki makalah ini
di lain kesempatan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
sejarah kemunculan bangsa Mongol?
2.
Siapa pendiri
Bangsa tersebut?
3.
Bagaimanakah
peran peran pendiri tersebut dalam memajukan Bangsa?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-usul Bangsa
Mongol
Republik
Rakyat Mongolia merupakan tanah air Bangsa Mongol modern.[1] Sejarah
Mongol dalam catatan sejarah dimulai pada akhir abad XII dan awal abad XIII M.[2]
Kekaisaran Mongol pada abad XIII dan XIV
M merupakan kekaisaran dengan wilayah terluas serta bertahan lama.[3] Awalnya
Bangsa Mongol adalah suatu masyarakat hutan yang mendiami hutan Siberia dan
Mongolia Luar di antara gurun pasir Gobi dan danau Baikal.[4]
Bangsa Mongol berasal dari pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia
Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, Manchuria Barat, serta Turkistan
Timur.[5]
Mereka adalah salah satu anak rumpun bangsa Tatar.[6]
Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa atas nama tempat asal mereka di
Mongolia, di mana mula-mula mereka tinggal, maka dinamakan Mongol.[7]
Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mermiliki putra kembar, Tatar dan
Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar.[8] Mereka
terbagi dalam ratusan anak suku, di antaranya yang terkenal adalah Nayman,
Kerakit, dan Merakait. Namun dengan kemajuan peradaban, mereka dapat dibagi
menjadi tiga suku besar yaitu White Tartar,
Red Tartar, dan Wild Tartar.[9] Suku-suku
ini dikenal sebagai suku yang nomaden.
Selama
rentang waktu yang panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka
mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain,[10]
memburu binatang, menggembala domba, dan memakai kulit binatang untuk menutupi
aurat, serta budaya perampokan sudah menjadi perilaku umum bagi mereka.[11] Mereka
juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit
binatang dengan binatang lain, baik di antara sesama maupun dengan bangsa Turki
dan China yang menjadi tetangganya. [12] Sebagai
nomad, bangsa Mongol bermigrasi setiap pergantian musim, biasanya dari padang
rumput pada musim panas ke bagian tersebunyi dari lembah-lembah pada
musim dingin. Migrasi
ini dilakukan tanpa tujuan. Setiap kelompok, dalam keadaan normal akan terus berpindah
hingga mereka cukup lelah berjalan dari satu wilayah yang sudah pernah
didatangi hingga wilayah lain yang belum disinggahi.[13]
Orang-orang
Mongol memiliki watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadapi maut
dalam mencapai keinginannya.[14] Mereka
tidak beradab, namun pemberani, pejuang, sabar, ahli perang, tahan sakit dan
tekanan dari musuh dengan fisik yang kuat.[15] Kepercayaan
keagamaan serta kebiasaan bangsa Mongol masuk dalam ketegori yang biasanya
disebut dengan Syammanisme.[16] Menyembah bintang-bintang dan bersujud pada
matahari yang sedang terbit. [17] Beberapa
hal-hal tambahan dapat membantu memahami Syammanisme Mongol yaitu adanya sejumlah
himne dan ritual yang diteruskan secara lisan.[18]
B. Chengis Khan dan
Pembangunan Peradaban Mongol
Chengis
lahir pada 1162 M [19]
di Daeylium Buldagha, terletak di tepi Sungai Onon (Unan), Mongolia,[20]
ini pernah diperingati oleh Republik Rakyat Mongol sebagai hari ke-800 tahun
Cenghis Khan pada 1962.[21] Ayahnya
bernama Ishujayi (Ishuyagi) dan ibunya, Helena Khatun. Ishujayi memimpin
suku-suku Mongol yang berjumlah tiga belas, dan dengan kemampuan memimpin, ia
mengorganisir tetangga-tetangga suku tersebut.[22]
Chengis Khan terlahir dengan nama Temujin [23], dia
tumbuh menjadi lelaki tangguh yang mampu membawa Mongol pada masa awal
kejayaan. Ketika usianya 13 tahun, ayahnya meninggal. Timujin yang masih berusia 13 tahun
tampil menjadi pemimpin.[24]
Saat itu kekuasaan yang dipegang remaja Temujin dalam kondisi sangat sulit,
dikarenakan bangsa Mongol enggan tunduk atas kepemimpinannya. Dengan semangat
yang tinggi, sabar, dan gaya kepemimpinan yang baik, ia belajar dari ayahnya
serta dorongan dan asuhan yang baik dari ibunya, Helena, maka Temujin dapat
mengatasi semua tantangan dan kesulitan awal dengan berani dan baik.[25]
Menginjak
dewasa, Temujin mampu menaklukkan bangsa Tatar dan suku-suku lain, di
antaranya Kerait/Merkit (1203 M) dan
Naiman (1204 M), serta menjadikan Karakurum sebagai ibu kota Mongolia.[26]
Dalam keadaan yang sulit ini, istri pertama Temujin, Bortay, disita oleh suku
Merkait. Hal ini menyebabkan Temujin menyerang suku Merkait dengan bantuan suku
Kerayit, Temujin menang dalam pertempuran tersebut. Hingga kemudian ia berhasil
mengalahkan banyak suku-suku lain. dalam masa perkembangan ini, dengan bantuan
teman-teman serta para pembantu yang lain, Temujin mampu dengan segera mengatasai masalah yang ada.[27]
Pada 1206 Temujin telah menyelesaikan awal penaklukan yang besar, mempersatukan
seluruh bangsa Mongoli dengan perang. Sebuah Quriltay yang besar segera digelar yang mnempatkan Temujin sebagai
Khan tertinggi bagi semua suku bangsa di wilayah Turko-Mongol.[28]
Dia
merupakan pimpinan tertinggi bangsa Mongol dan memberinya sebuah gelar kehormatan Chingiz
Khan,[29]
arti dari gelar ini masih diperseisihkan, akan tetapi itu mungkin berarti “Laut
seperti Khan”.[30]
Akan tetapi, M. Abdul Karim, memberi pengertian bahwa gelar yang diperoleh ini
berarti “penguasa yang agung, pemimpin seluruh manusia”.[31] Sejak
itu Chengis meletakkkan semua aspek hidup bangsa Mongol di bawah Yassa, sebuah badan Hukum yang berisi
kode etik/norma-norma dari semua suku dan peraturan-peraturan kemiliteran.[32]
Wanita memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran.[33] Melalui
Yassa, dia mampu memegang komando
yang menyatukan kumpulan suku liarnya dalam watak tanpa kasih dan mesin perang
yang sukses. Chengis adalah pemimpin militer tangguh, administraror, dan
seorang perancang yang sangat hati-hati menjalankan peraturan yang keras bagi
anak buahnya.[34]
Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat dibidang militer. Dia
menjadi sang penakluk yang berhasil memperluas wilayah Mongol hingga ke beberapa daerah.
C. Ekspansi Hingga
Meninggalnya Chengis Khan
Setelah
pasukan perangnya terorganisir dengan baik, Chengis Khan berusaha memperluas
wilayah kekuasaanya dengan melakukan penaklukan-penaklukan terhadap
daerah-daerah lain. Pada 1215,
Mongol mampu menaklukkan Peking di wilayah utara China.[35]
Sebelumnya, pada tahun 1207-1215 merupakan pergerakannya untuk menaklukkan
wilayah China Utara. Ia memanfaatkan dengan baik Khitan dari Manchuria Selatan
dan China Utara, yang telah ditumbangkan oleh kerajaan Liao Sang Juchen-Chin
dan bawahan yang tidak puas pada China.[36]
Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606H/1219 M, tentara
Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana,kemudian terus ke
Samarkhand. Pada awalnya, mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa
Khawarizm, Sultan Ala Al-Din di Turkistan.[37] Sebelumnya,
hubungan antara keduanya hanya sebatas hubungan dagang. Akan tetapi oleh karena
salah satu sebab, maka Cenghis Khan memerintahkan pasukannya untuk menggempur
kekuasaan Sultan Khawarizm.
Hubungan perdagangan tersebut berakhir
ketika warga dari Khawarizm
merampas kafilah atau iring-iringan
orang Mongol dan beberapa ratus pedagang, dengan alasan bahwa terdapat
mata-mata dalam kafilah tersebut.[38]
Chengis Khan mengirim tiga duta untuk Khawarizm Shah untuk meminta keadilan dan
menghukum gubernur Utrar. Pihak Khawarizm merespon dengan
membunuh salah satu dari duta tersebut. Mongol melihat ini sebagai tanda untuk
dimulainya perang.[39]
Tindakan Khawarizm ini menjadi bencana terbesar bagi dunia Islam di bagian
timur. Khawarizm mendirikan kekuasaannya di Samarkan, merupakan sebuah wilayah
yang sama besarnya dengan Karakotoum. Termasuk di dalamnya Transoxania-setelah
keruntuhan Soviet dikenal sebagai Uzbekistan-merupakan wilayah yang
pertama kali merasakan efek dari kemarahan besar Chengis Khan.[40]
Ketika di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari
Sultan Ala Al-Din, tetapi kali ini dengan mudah mereka dapat mengalahkan
pasukan Khawarizm. Sultan Ala Al-Din tewas dalam pertempuran di Manzindaran
tahun 1220 M. Ia digantikan oleh putranya, Jalal Al-Din yang kemudian melarikan
diri ke India karena terdesak pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M.[41] Saat Chengis sibuk berperang di Asia Tengah,
dua orang panglima perangnya, Subati dan Jebi dikirim ke Rusia Selatan dan
Persia Utara, di tepi Sungai Kalka tentara Mongol berhasil mengalahkan Rusia
pada 1225 M. Dengan kemenangan ini, satu persatu dari mulai Khiva, Ray, Rum,
Hamadan, dan Sabah menjadi daerah taklukkan Chengis.[42]
Chengis Khan meninggal pada tahun 1227 M/624 H.[43]
Ia tidak sempat menikmati hasil penaklukannya. Ketika ia kembali ke Karakuram,
Chengis sibuk untuk memadamkan api pemberotakan dari Dinasti Shung di China,
akan tetapi, sebelum sampai di China, saat tentara Mongol sedang menyerang dan
merazia wilayah Tanguts, terletak di antara perbatasan Tibet dan China, dalam usia
65 tahun, Chengis mangkat di Chali, Mongolia Selatan.[44]
Tubuhnya dibawa kembali ke Karakuram untuk dibakar.[45]
Saat ia meninggal, wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi dari Lautan Teduh
di Timur hingga Laut Hitam di Barat.[46]
Sebelumnya, pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Chegis Khan membagi wilayah
kekuasaannya menjadi empat bagian kepada keempat putranya, yaitu Juchi,
Chagatai, Oghotai dan Tuli.[47]
Setelah itu perjuangan bangsa Chengis Khan untuk memajukan bangsa Mongol
diteruskan oleh anak-anaknya tersebut. Hingga sebagian dari mereka mendirikaan
Dinasti-dinasti Islam di lain waktu.
BAB
III
PENUTUP
Uraian di atas telah mencoba menguangkapkan menganai awal mula kemunculan
bangsa Mongol di Asia Tengah serta perkembangannya. Meskipun sumber sejarah
untuk menggali informasi mengenai hal tersebut sangat sedikit, tetapi dapat
kita garis bawahi beberapa poin penting sebagai benang merah dari uraian tersebut.
Pertama, bangsa Mongol merupakan bangsa nomaden yang mendiami sebagian besar
Pegunungan Mongolia Utara dan Asia Tengah. Seperti halnya masyarakat nomoden
lainnya, bangsa Mongol terbagi atas beberapa suku bangsa. Mongol merupakan
gabungan dari dua suku bangsa besar, yaitu Tartar dan Mongol yang kemudian
bersatu dalam satu nama, bangsa Mongol. Pendiri pertama bangsa ini adalah
Khabul Khan, yang kemudian darinya muncul Chengis Khan yang membawa bangsa
Mongol dala era kejayaan. Chengis Khan membuka hubungan bilateral denga wilayah
lain. Pada masanya, ia telah berhubungan denga salah satu Dinasti Islam di
Persia, yaitu dinasti Kharizm.
Chengis Khan merupakan founding father’s bagi bangsa Mongol, dia
merupakan tokoh yang telah berjasa membangun peradaban bangsa Mongol pada masa
awal. Chegis Khan merupsksn gelar yang diperoleh Temujin setelah ia berhasil menyatukan
bangsa Mongol dalam satu pemerintahan. Dia berhasil mengkonsolidasikan
suku-suku Mongol dalam satu kekuasaan serta menjadikannya tentara tanggung yang
berjasa membantu Chengis Khan dalam menjalankan penaklukan-penaklukan wilayah.
Ia berhasil meperluas wilayah Mongol hingga dataran Eropa. Hal ini adalah bukti
kesuksesan terbesar Chengis Khan dalam mengembagkan peradaban Mongol. Ia juga
menyusun undang-undang untuk mengatur semua bawahan serta daerah-daerah
taklukan. Sebelum ia meninggal, ia membagi wilayah tersebut kepada
anak-anaknya. Merekalah yang kemudian melanjutkan perjuangan Chengis Khan.
Daftar
Pustaka
Holt, P. M, e.a. 1970. The Cambridge History of
Islam Vol. I. New York: Cambridge University Press.
Karim, M. Abdul. 2006. Islam di Asia Tengah:
Sejarah Dinasti Mongol-Islam. Bagaskara: Yogyakarta.
Morgan, David. 1986. The Mongols. Massachusetts:
Blackwell Publishers.
Yatim,
Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam: Dirasat Islamiah II. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
[1]David Morgan,The Mongols,(Massachusetts: Blackwell Publishers, 1986),hlm,32.
[2]M. Abdul Karim,Islam di Asia Tengah: Sejarah Dinasti
Mongol-Islam,(Yogyakarta: Bagaskara,2006),hlm,28.
[3] David Morgan,The Mongols, hlm,5.
[4]M. Abdul Karim,Islam, hlm,28.
[5]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam; Dirasat Islamiah II,(Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2010),hlm,111. Sehingga mereka bukanlah bangsa nomad stepa,
lihat M. Abdul Karim,Islam, hlm,28.
[6]Sebagian berpendapat bahwa Bangsa
Mongol merupakan gabungan dari Bangsa Tartar, yang kemudain memakai nama Bangsa
Mongol. Awalnya, kedua Bangsa saling bersaing dan permusuhan ketat. Keduanya
memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas.
[7]M. Abdul Karim,Islam,hlm,28.
[8]Badri Yatim,Sejarah,hlm,111.
[9]M. Abdul Karim, Islam, hlm,29.
[10] Badri Yatim,Sejarah,hlm,111.
[11] M. Abdul Karim, Islam, hlm,29.
[12] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[13] David Morgan,The Mongols,hlm,5.
[14] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[15] M. Abdul Karim, Islam, hlm,29.
[16]David Morgan,The Mongols, hlm,40.
[17] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[18]David Morgan,The Mongols, hlm,40.
[19] Versi lain mengatakan bahwan
Chengis Khan lahir pada tahun Babi pada zodika China, tahun ini berarti tahun
1155 atau 1167. Lihat David Morgan,The
Mongols,hlm,55.
[20] M. Abdul Karim, Islam, hlm,30.
[21] David Morgan,The Mongols, hlm,55.
[22] M. Abdul Karim, Islam, hlm,30
[23] Dikenal juga dengan Temucin,
nama ini diambil dari salah satu nama Ketua Suku yang telah dikalahkan oleh
Ishuyaji (ayah Temujin), yaitu Temucin Uji. Temucin berarti besi atau baja yang
kuat. Lihat Ibid.
[24] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[25] M. Abdul Karim, Islam, hlm,30
[26] Ibid.
[27] P. M. Holt e.a,The Cambridge History of Islam,(New
York: Cambridge University Press,1970),hlm,161.
[28] David Morgan,The Mongols, hlm,61.
[29] Penulis selanjutnya menggunakan
Chengis Khan.
[30] P. M. Holt e.a,The Cambridg ,hlm,161.
[31] Lihat M. Abdul Karim, Islam, hlm,33.
[32] Ibid.
[33] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[34] M. Abdul Karim, Islam, hlm,35.
[35] David Morgan,The Mongols, hlm,61.
[36] M. Abdul Karim, Islam, hlm,35.
[38] M. Abdul Karim, Islam, hlm,35.
[39] David Morgan,The Mongols, hlm,61.
[41]Badri Yatim,Sejarah,hlm,113. Setelah pertempuran ini, Jalal Al-Din mencoba
mencari suaka politik kepada Sultan Shamsuddin Iltutmis di India. Akan tetapi,
permohonan ini ditolak karena Siltan Iltutmis khawatir Mongol akan mengejar
Jala Al-Din ke India dan kemudian menyerang kerajaannya. Sedangkan Sultan Jalal
Al-Din, dalam keadaan dikejar-kejar tentara Mongol, dia meninggal ditangan
seorang Kurdi di kampung Kurdish pada tahun 1231 M. Sejak peristiwa tersebut
berakhirlah Dinasti Khawarizm. Lihat P. M Holt,The Cambridge,hlm,162.
[42] M. Abdul Karim, Islam, hlm,42.
[43]P.M Holt, The Cambridge,hlm,162.
[44] M. Abdul Karim, Islam, hlm,43.
[45] David Morgans,The Mongols,hlm,72.
[46] M. Abdul Karim, Islam, hlm,43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar