Selasa, 14 Mei 2013

BANGSA MONGOL


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pada 1258 M, Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah komando Hulaghu Khan. Sebuah kekutan baru dari Asia Tengah ini berhasil menumbangkan Daulah Abbasiah yang menjadi pusat kegiatan umat Islam. Mereka terkenal dengan bangsa yang kejam, tidak beradab, dan keji. Akan tetapi, pada kesempatan lain, mereka juga memiliki sumbangsih yang besar terhadap dunia Islam. Tercatat dalam sejarah, beberapa dinasti Mongol Islam memberikan tambahan bukti bagi perkembangan peradaban Islam. Dinasti-dinasti tersebut merupakan dinasti yang tangguh, sifat mereka tidak dapat dipisahkan dari pendiri bangsa Mongol dan berhasil membawa mereka pada tampuk kejayaan yang tidak akan dilupakan dalam sejarah.
Dia tampil sebagai pioner yang mengawali karir ketika masih belia, usia tidak menghalanginya untuk berjuang keras memajukan bangsa Mongol. Usaha keras ini berhasil ketika ia mampu mengkonsolidasi bagsa Mongol yang awalnya terpisah-pisah dan saling serang, menjadi satu bangsa. Ia mendapatkan hasil yang gilang-gemilang dan menempatkannya sebagai pemimpin tertinggi di kalangan bangsa Mongol. Usaha ini tentu saja tidak semudah yang kita bayangkan. Banyam tantagan dan rintangan yang menyertai, membantunya untuk lebih mawas dalam mengambil kebijakan serta mengatur sebuah bangsa yang besar. Lissner bahkan menyebutnya sebagai tokoh yang paling ditakuti pada awal abad ke XIII M. Sebutan ini tidaklah mengejutkan jika kita dapat mengetahui bagaimana jalan panjang bangsa Mongol untuk mendapatkan kejayaannya di dunia pada masa itu.
Makalah ini mencoba menguraikan mengenai awal kemunculan bangsa Mongol. Kami berharap makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi teman-teman dalam mengkaji Islam di Asia Tengah. Sebagai penulis, kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari teman-teman sangat kami perhatikan sebagai acuan dalam memperbaiki makalah ini di lain kesempatan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah sejarah kemunculan bangsa Mongol?
2.    Siapa pendiri Bangsa tersebut?
3.    Bagaimanakah peran peran pendiri tersebut dalam memajukan Bangsa?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Asal-usul Bangsa Mongol
Republik Rakyat Mongolia merupakan tanah air Bangsa Mongol modern.[1] Sejarah Mongol dalam catatan sejarah dimulai pada akhir abad XII dan awal abad XIII M.[2] Kekaisaran Mongol pada abad  XIII dan XIV M merupakan kekaisaran dengan wilayah terluas serta bertahan lama.[3] Awalnya Bangsa Mongol adalah suatu masyarakat hutan yang mendiami hutan Siberia dan Mongolia Luar di antara gurun pasir Gobi dan danau Baikal.[4] Bangsa Mongol berasal dari pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, Manchuria Barat, serta Turkistan Timur.[5] Mereka adalah salah satu anak rumpun bangsa Tatar.[6] Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa atas nama tempat asal mereka di Mongolia, di mana mula-mula mereka tinggal, maka dinamakan Mongol.[7] Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mermiliki putra kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar.[8] Mereka terbagi dalam ratusan anak suku, di antaranya yang terkenal adalah Nayman, Kerakit, dan Merakait. Namun dengan kemajuan peradaban, mereka dapat dibagi menjadi tiga suku besar yaitu White Tartar, Red Tartar, dan Wild Tartar.[9] Suku-suku ini dikenal sebagai suku yang nomaden.
Selama rentang waktu yang panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain,[10] memburu binatang, menggembala domba, dan memakai kulit binatang untuk menutupi aurat, serta budaya perampokan sudah menjadi perilaku umum bagi mereka.[11] Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang lain, baik di antara sesama maupun dengan bangsa Turki dan China yang menjadi tetangganya. [12] Sebagai nomad, bangsa Mongol bermigrasi setiap pergantian musim, biasanya dari padang rumput pada musim panas  ke  bagian tersebunyi dari lembah-lembah pada musim dingin. Migrasi ini dilakukan tanpa tujuan. Setiap kelompok, dalam keadaan normal akan terus berpindah hingga mereka cukup lelah berjalan dari satu wilayah yang sudah pernah didatangi hingga wilayah lain yang belum disinggahi.[13]
Orang-orang Mongol memiliki watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadapi maut dalam mencapai keinginannya.[14] Mereka tidak beradab, namun pemberani, pejuang, sabar, ahli perang, tahan sakit dan tekanan dari musuh dengan fisik yang kuat.[15] Kepercayaan keagamaan serta kebiasaan bangsa Mongol masuk dalam ketegori yang biasanya disebut dengan Syammanisme.[16]  Menyembah bintang-bintang dan bersujud pada matahari yang sedang terbit. [17] Beberapa hal-hal tambahan dapat membantu memahami Syammanisme Mongol yaitu adanya sejumlah himne dan ritual yang diteruskan secara lisan.[18]
B.     Chengis Khan dan Pembangunan Peradaban Mongol
Chengis lahir pada 1162 M [19] di Daeylium Buldagha, terletak di tepi Sungai Onon (Unan), Mongolia,[20] ini pernah diperingati oleh Republik Rakyat Mongol sebagai hari ke-800 tahun Cenghis Khan pada 1962.[21] Ayahnya bernama Ishujayi (Ishuyagi) dan ibunya, Helena Khatun. Ishujayi memimpin suku-suku Mongol yang berjumlah tiga belas, dan dengan kemampuan memimpin, ia mengorganisir tetangga-tetangga suku tersebut.[22] Chengis Khan terlahir dengan nama Temujin [23], dia tumbuh menjadi lelaki tangguh yang mampu membawa Mongol pada masa awal kejayaan. Ketika usianya 13 tahun, ayahnya  meninggal. Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil menjadi pemimpin.[24] Saat itu kekuasaan yang dipegang remaja Temujin dalam kondisi sangat sulit, dikarenakan bangsa Mongol enggan tunduk atas kepemimpinannya. Dengan semangat yang tinggi, sabar, dan gaya kepemimpinan yang baik, ia belajar dari ayahnya serta dorongan dan asuhan yang baik dari ibunya, Helena, maka Temujin dapat mengatasi semua tantangan dan kesulitan awal dengan berani dan baik.[25]
Menginjak dewasa, Temujin mampu menaklukkan bangsa Tatar dan suku-suku lain, di antaranya  Kerait/Merkit (1203 M) dan Naiman (1204 M), serta menjadikan Karakurum sebagai ibu kota Mongolia.[26] Dalam keadaan yang sulit ini, istri pertama Temujin, Bortay, disita oleh suku Merkait. Hal ini menyebabkan Temujin menyerang suku Merkait dengan bantuan suku Kerayit, Temujin menang dalam pertempuran tersebut. Hingga kemudian ia berhasil mengalahkan banyak suku-suku lain. dalam masa perkembangan ini, dengan bantuan teman-teman serta para pembantu yang lain, Temujin mampu dengan segera  mengatasai masalah yang ada.[27] Pada 1206 Temujin telah menyelesaikan awal penaklukan yang besar, mempersatukan seluruh bangsa Mongoli dengan perang. Sebuah Quriltay yang besar segera digelar yang mnempatkan Temujin sebagai Khan tertinggi bagi semua suku bangsa di wilayah Turko-Mongol.[28]
Dia merupakan pimpinan tertinggi bangsa Mongol  dan memberinya sebuah gelar kehormatan Chingiz Khan,[29] arti dari gelar ini masih diperseisihkan, akan tetapi itu mungkin berarti “Laut seperti Khan”.[30] Akan tetapi, M. Abdul Karim, memberi pengertian bahwa gelar yang diperoleh ini berarti “penguasa yang agung, pemimpin seluruh manusia”.[31] Sejak itu Chengis meletakkkan semua aspek hidup bangsa Mongol di bawah Yassa, sebuah badan Hukum yang berisi kode etik/norma-norma dari semua suku dan peraturan-peraturan kemiliteran.[32] Wanita memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran.[33] Melalui Yassa, dia mampu memegang komando yang menyatukan kumpulan suku liarnya dalam watak tanpa kasih dan mesin perang yang sukses. Chengis adalah pemimpin militer tangguh, administraror, dan seorang perancang yang sangat hati-hati menjalankan peraturan yang keras bagi anak buahnya.[34] Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat dibidang militer. Dia menjadi sang penakluk yang berhasil memperluas wilayah Mongol hingga ke beberapa daerah.
C.    Ekspansi Hingga Meninggalnya Chengis Khan
Setelah pasukan perangnya terorganisir dengan baik, Chengis Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaanya dengan melakukan penaklukan-penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Pada 1215, Mongol mampu menaklukkan Peking di wilayah utara China.[35] Sebelumnya, pada tahun 1207-1215 merupakan pergerakannya untuk menaklukkan wilayah China Utara. Ia memanfaatkan dengan baik Khitan dari Manchuria Selatan dan China Utara, yang telah ditumbangkan oleh kerajaan Liao Sang Juchen-Chin dan bawahan yang tidak puas pada China.[36] Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606H/1219 M, tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana,kemudian terus ke Samarkhand. Pada awalnya, mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala Al-Din di Turkistan.[37] Sebelumnya, hubungan antara keduanya hanya sebatas hubungan dagang. Akan tetapi oleh karena salah satu sebab, maka Cenghis Khan memerintahkan pasukannya untuk menggempur kekuasaan Sultan Khawarizm.  
Hubungan perdagangan tersebut berakhir ketika warga dari Khawarizm merampas kafilah atau iring-iringan  orang Mongol dan beberapa ratus pedagang, dengan alasan bahwa terdapat mata-mata dalam kafilah tersebut.[38] Chengis Khan mengirim tiga duta untuk Khawarizm Shah untuk meminta keadilan dan menghukum gubernur Utrar. Pihak Khawarizm merespon dengan membunuh salah satu dari duta tersebut. Mongol melihat ini sebagai tanda untuk dimulainya perang.[39] Tindakan Khawarizm ini menjadi bencana terbesar bagi dunia Islam di bagian timur. Khawarizm mendirikan kekuasaannya di Samarkan, merupakan sebuah wilayah yang sama besarnya dengan Karakotoum. Termasuk di dalamnya Transoxania-setelah keruntuhan Soviet dikenal sebagai Uzbekistan-merupakan wilayah yang pertama kali merasakan efek dari kemarahan besar Chengis Khan.[40] Ketika di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala Al-Din, tetapi kali ini dengan mudah mereka dapat mengalahkan pasukan Khawarizm. Sultan Ala Al-Din tewas dalam pertempuran di Manzindaran tahun 1220 M. Ia digantikan oleh putranya, Jalal Al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M.[41] Saat Chengis sibuk berperang di Asia Tengah, dua orang panglima perangnya, Subati dan Jebi dikirim ke Rusia Selatan dan Persia Utara, di tepi Sungai Kalka tentara Mongol berhasil mengalahkan Rusia pada 1225 M. Dengan kemenangan ini, satu persatu dari mulai Khiva, Ray, Rum, Hamadan, dan Sabah menjadi daerah taklukkan Chengis.[42]  
Chengis Khan meninggal pada tahun 1227 M/624 H.[43] Ia tidak sempat menikmati hasil penaklukannya. Ketika ia kembali ke Karakuram, Chengis sibuk untuk memadamkan api pemberotakan dari Dinasti Shung di China, akan tetapi, sebelum sampai di China, saat tentara Mongol sedang menyerang dan merazia wilayah Tanguts, terletak di antara perbatasan Tibet dan China, dalam usia 65 tahun, Chengis mangkat di Chali, Mongolia Selatan.[44] Tubuhnya dibawa kembali ke Karakuram untuk dibakar.[45] Saat ia meninggal, wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi dari Lautan Teduh di Timur hingga Laut Hitam di Barat.[46] Sebelumnya, pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Chegis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada keempat putranya, yaitu Juchi, Chagatai, Oghotai dan Tuli.[47] Setelah itu perjuangan bangsa Chengis Khan untuk memajukan bangsa Mongol diteruskan oleh anak-anaknya tersebut. Hingga sebagian dari mereka mendirikaan Dinasti-dinasti Islam di lain waktu.
BAB III
PENUTUP
Uraian di atas telah mencoba menguangkapkan menganai awal mula kemunculan bangsa Mongol di Asia Tengah serta perkembangannya. Meskipun sumber sejarah untuk menggali informasi mengenai hal tersebut sangat sedikit, tetapi dapat kita garis bawahi beberapa poin penting sebagai benang merah dari uraian tersebut. Pertama, bangsa Mongol merupakan bangsa nomaden yang mendiami sebagian besar Pegunungan Mongolia Utara dan Asia Tengah. Seperti halnya masyarakat nomoden lainnya, bangsa Mongol terbagi atas beberapa suku bangsa. Mongol merupakan gabungan dari dua suku bangsa besar, yaitu Tartar dan Mongol yang kemudian bersatu dalam satu nama, bangsa Mongol. Pendiri pertama bangsa ini adalah Khabul Khan, yang kemudian darinya muncul Chengis Khan yang membawa bangsa Mongol dala era kejayaan. Chengis Khan membuka hubungan bilateral denga wilayah lain. Pada masanya, ia telah berhubungan denga salah satu Dinasti Islam di Persia, yaitu dinasti Kharizm.
Chengis Khan merupakan founding father’s bagi bangsa Mongol, dia merupakan tokoh yang telah berjasa membangun peradaban bangsa Mongol pada masa awal. Chegis Khan merupsksn gelar yang diperoleh Temujin setelah ia berhasil menyatukan bangsa Mongol dalam satu pemerintahan. Dia berhasil mengkonsolidasikan suku-suku Mongol dalam satu kekuasaan serta menjadikannya tentara tanggung yang berjasa membantu Chengis Khan dalam menjalankan penaklukan-penaklukan wilayah. Ia berhasil meperluas wilayah Mongol hingga dataran Eropa. Hal ini adalah bukti kesuksesan terbesar Chengis Khan dalam mengembagkan peradaban Mongol. Ia juga menyusun undang-undang untuk mengatur semua bawahan serta daerah-daerah taklukan. Sebelum ia meninggal, ia membagi wilayah tersebut kepada anak-anaknya. Merekalah yang kemudian melanjutkan perjuangan Chengis Khan.
Daftar Pustaka
Holt, P. M, e.a. 1970. The Cambridge History of Islam Vol. I. New York: Cambridge University Press.
Karim, M. Abdul. 2006. Islam di Asia Tengah: Sejarah Dinasti Mongol-Islam. Bagaskara: Yogyakarta.
Morgan, David. 1986. The Mongols. Massachusetts: Blackwell Publishers.
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam: Dirasat Islamiah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


[1]David Morgan,The Mongols,(Massachusetts: Blackwell Publishers, 1986),hlm,32.
[2]M. Abdul Karim,Islam di Asia Tengah: Sejarah Dinasti Mongol-Islam,(Yogyakarta: Bagaskara,2006),hlm,28.
[3] David Morgan,The Mongols, hlm,5.
[4]M. Abdul Karim,Islam, hlm,28.
[5]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam; Dirasat Islamiah II,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2010),hlm,111. Sehingga mereka bukanlah bangsa nomad stepa, lihat M. Abdul Karim,Islam, hlm,28.
[6]Sebagian berpendapat bahwa Bangsa Mongol merupakan gabungan dari Bangsa Tartar, yang kemudain memakai nama Bangsa Mongol. Awalnya, kedua Bangsa saling bersaing dan permusuhan ketat. Keduanya memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas.
[7]M. Abdul Karim,Islam,hlm,28.
[8]Badri Yatim,Sejarah,hlm,111.
[9]M. Abdul Karim, Islam, hlm,29.
[10] Badri Yatim,Sejarah,hlm,111.
[11] M. Abdul Karim, Islam, hlm,29.
[12] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[13] David Morgan,The Mongols,hlm,5.
[14] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[15] M. Abdul Karim, Islam, hlm,29.
[16]David Morgan,The Mongols, hlm,40.
[17] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[18]David Morgan,The Mongols, hlm,40.
[19] Versi lain mengatakan bahwan Chengis Khan lahir pada tahun Babi pada zodika China, tahun ini berarti tahun 1155 atau 1167. Lihat David Morgan,The Mongols,hlm,55.
[20] M. Abdul Karim, Islam, hlm,30.
[21] David Morgan,The Mongols, hlm,55.
[22] M. Abdul Karim, Islam, hlm,30
[23] Dikenal juga dengan Temucin, nama ini diambil dari salah satu nama Ketua Suku yang telah dikalahkan oleh Ishuyaji (ayah Temujin), yaitu Temucin Uji. Temucin berarti besi atau baja yang kuat. Lihat Ibid.
[24] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[25] M. Abdul Karim, Islam, hlm,30
[26] Ibid.
[27] P. M. Holt e.a,The Cambridge History of Islam,(New York: Cambridge University Press,1970),hlm,161.
[28] David Morgan,The Mongols, hlm,61.
[29] Penulis selanjutnya menggunakan Chengis Khan.
[30] P. M. Holt e.a,The Cambridg ,hlm,161.
[31] Lihat M. Abdul Karim, Islam, hlm,33.
[32] Ibid.
[33] Badri Yatim,Sejarah,hlm,112.
[34] M. Abdul Karim, Islam, hlm,35.
[35] David Morgan,The Mongols, hlm,61.
[36] M. Abdul Karim, Islam, hlm,35.
[37] Badri Yatim,Sejarah,hlm,113.
[38] M. Abdul Karim, Islam, hlm,35.
[39] David Morgan,The Mongols, hlm,61.
[40] Ibid,hlm,69.
[41]Badri Yatim,Sejarah,hlm,113.  Setelah pertempuran ini, Jalal Al-Din mencoba mencari suaka politik kepada Sultan Shamsuddin Iltutmis di India. Akan tetapi, permohonan ini ditolak karena Siltan Iltutmis khawatir Mongol akan mengejar Jala Al-Din ke India dan kemudian menyerang kerajaannya. Sedangkan Sultan Jalal Al-Din, dalam keadaan dikejar-kejar tentara Mongol, dia meninggal ditangan seorang Kurdi di kampung Kurdish pada tahun 1231 M. Sejak peristiwa tersebut berakhirlah Dinasti Khawarizm. Lihat P. M Holt,The Cambridge,hlm,162.
[42] M. Abdul Karim, Islam, hlm,42.
[43]P.M Holt, The Cambridge,hlm,162.
[44] M. Abdul Karim, Islam, hlm,43.
[45] David Morgans,The Mongols,hlm,72.
[46] M. Abdul Karim, Islam, hlm,43.
[47] Badri Yatim,Sejarah,hlm,113.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar