PENETRASI BANGSA BARAT DI INDIA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Banyak alasan yang
menyebabkan bangsa barat melakukan penetrasi ke negara-negara di Asia terutama
di India. Maraknya perdagangan dunia yang banyak memberikan keuntungan dan adanya semacam kompetisi kekuatan antara negara-negara dari
bangsa barat merupakan salah satu dari sekian banyak alasan bangsa barat
melakukan kolonisasi dan penetrasi ke
negara-negara di Asia salah satunya di India. Selain itu, yang melatar
belakangi bangsa barat melakukan penetrasi adalah karena adanya tugas “mulia”
yang dianugerahkan kepada mereka sebagai suatu bangsa yang maju dan terdepan di
dunia untuk membuat negara-negara yang
tertinggal menjadi lebih baik lagi. Banyak negara-negara di Asia yang berhasil
mereka kuasai. India pun tidak luput dari sasaran kolonialisasi bangsa Barat.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
yang melatarbelakangi bangsa barat melakukan penetrasi ke India?
2.
Bagaimana
usaha yang dilakukan bangsa India untuk menghadapi penjajahan tersebut?
3.
Dampak
penetrasi barat terhadap masyarakat India?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Penetrasi Bangsa Barat Terhadap India
Bangsa Eropa yang pertama kali menyerbu Asia adalah bangsa
Portugis. Aslasan mereka menyerbu dan menguasai Asia adalah mereka ingin
merebut perdagangan dan pangkalan perniagaan Islam serta menyebarkan agama
mereka, yaitu Nasrani. Tahun 1498, Vasco da Gama, seorang pelayar dari Portugis
tiba di Kalikut, suatu tempat yang berada di pantai barat daya India.
Dalam tahun 1500 angkatan laut Portugis di bawah pimpinan Cabral
tiba pula di Kalikut dan mendirikan bandar dan benteng di sana. Penggantinya,
Alfonso d’ Albuquerque, pada tahun 1510 menyerang dan merebut Goa dan Malaka
(1511). Kemudian mereka memasuki Indonesia sampai di Maluku. Kesebelah barat ia
mencoba merebut Aden, tetapi gagal. Tempat-tempat yang diduduki orang Portugis
di daratan India tidaklah banyak. Yang lebih penting bagi mereka ialah pulau
Sailan.[1]
Selain portugis bangsa-bangsa eropa lain seperi inggris, belanda,
dan perancis, juga mengikuti jejak orang-orang portugis dan muncul di India.
Namun lama-kelamaan kedudukan portugis di India semakin melemah. Hal ini di
karenakan perbuatan mereka yang kurang jujur dan para pegawai Portugis yang
memeras rakyatnya. Orang-orang Portugis dapat di usir oleh penjajah lain, yakni
Belanda dan Inggris. Benteng-benteng
kecil daratan India mulanya jatuh ke tangan belanda, namun tidak lama kemudian
berhasil direbut oleh Inggris. Dan Inggris memusatkan tenaga mereka di India.
Inggris pertama kali memasuki India pada tahun 1612 di Surat.
Masuknya Inggris ke India dikarenakan oleh suatu faktayang di buat oleh Ratu
Elizabeth I yang berisi ialah membentuk suatu East India Company untuk
melakukan perdagangan antara India dan Inggris. Namun Inggris harus bersaing
dengan French East India Company yang juga melakukan hubungan
dagang dengan India.
Demi mencapai perluasan daerah perdagangan, Perancis pun akhirnya
dikalahkan oleh tentara Inggris yang dipimpin oleh Robert Clive di India bagian
Selatan. Awal mula imperialisme Inggris di India ditandai dengan kemenangan
Inggris atas Nawab of Bengal pada pertempuran Plassey tanggal 23 Juni
1757 menghancurkan pasukan Nawab Surajuddaula dan Perang Buxor (Oktober 1764)
mengalahkan aliansi Nawab Mir Qasim dengan Sultan Shah Alam dari Mughal.
Sebagai hasilnya, EIC memeperoleh hak diwani, yaitu hak untuk
mengumpulkan penghasilan atas tiga wilayah, Benggala, Bihar dan Orissa. Kemenangan
Inggris inilah yang menjadi katalis bagi pergeseran kepentingan Inggris di
India dari menggunakannya sebagai daerah perdagangan menjadi daerah teritorial
Inggris. Selain itu, kemenangan ini pulalah yang mengukuhkan kekuasaan East
India Company sebagai “The Greatest European Trader In India”.
Pengganti Clive, Warren Hastings (1772-1785), dianggap sebagai
tokoh yang berjasa dalam pembentukan sejarah British India (India yang
dikuasai oleh Inggris). Hal ini karena pada masa itu disusun struktur
pemerintahan kolonialis Inggris, dengan Warren Hastings sebagai Gubernur
Jendral yang pertama. Juga dibentuk a Board of Control, sebuah badan yang
bertugas mengawasi pemerintahan EIC di Indonesia.[2] Hastings
juga mendapat hak istimewa untuk mengambil segala tindakan yang dirasanya
perlu.
Selama pemerintahannya, Hastings berusaha sekuat tenaga dan dengan
segala macam kekerasan untuk meluaskan wilayah kekuasaan Inggris di India.
Menjalarkan kekuasaan Inggris di India itu tidak mendapat banyak rintangan,
karena seluruh India dikala itu sedang dalam perpecahan. Akan tetapi pengluasan
kekuasaan Inggris itu tidak berjalan selancar yang diharapkannya. Di daerah
selatan kerajaan Mysore itu yang Sahib. Pada mulanya kerjaan Mysore mendapat
kemenangan-kemenangan, tetapi akhirnya Mysore dapat dikalahkan. Setelah Tippu
gugur (1799), maka berakhirlah perlawanan bangsa Mysore dan leluasalah
bangsa Inggris merajalela di India.
Pada permulaan abad ke-19 hampir seluruh
India ada dibawah kekuasaanya. [3]
Peta politik india mengalami perubahan besar ketika Lord Wellesley
(1798-1805) menjadi Gubernur Jendral EIC di India. Dengan mencanangkan
kebijakan Subsidiarry Alliances (Raja-raja India yang bersekutu dengan
Inggris, membayar upeti dan mengusir perwira-perwira Eropa selain Inggris),Wellesley
berhasil menjadikan EIC sebagai kekuatan politik terbesar di India karena
menguasai Bengala, Bihar, Orissa, Mysore, Oudh dan sebagian Maratha. Tetapi
kekuasaan kolonial Inggris benar-benar kokoh di anak Benua India semenjak
pertengahan abad ke-19, setelah berhasil menganeksasi Punjab dan mengalahkan
Kerajaan Sikh. K. M. Panikkar (1948: 260) menyebutkan angka tahun 1848 sebagai
tahun dipersatukannya seluruh kawasan anak Benua India oleh Inggris.[4]
Kekuasaan Inggris benar-benar kokoh pada pertengahan abad ke-19
setelah menaklukkan kerajaan-kerajaan pribumi India selama sekitar satu abad. Hal
itu dilakukan Inggris dengan menggunakan metode divide et impera atau divide
and rule (memecah belah lalu menguasainya).
B.
Usaha India menghadapi Bangsa Barat
Dalam masa antara tahun 1775 sampai 1852, Gubernur-gubernur jenderal Inggris menghadapi
bermacam-macam kesulitan , diantaranya harus beberapa kali berperang guna
meluaskan kekuasaanya. Peperangan-peperangan yang dilakukannya itu, antara lain
ialah perang Maratha, Perang Birma, Perang Afghanistan dn perang Sikh. Karena
itu Inggris terpaksa memelihara BalaTentara yang besar.[5]
Biaya dari keseluruhan perang tersebut dibiayai dari hasil pembayaran pajak di
India. Pemerintah Inggris juga memperlakukan penduduk secara semena-mena, baik
yang beragama Islam maupun Hindu. Orang India yang menjadi tentara Inggris,
misalnya, harus menggunakan peluru yang dibuka dengan mulut sementara kepala
atau ujung peluru tersebut mengandung lemak sapi dan babi. Orang Islam dan
Hindu sangat tersinggung karena hal ini bertentangan dengan ajaran agama.[6]
Hal ini menyebabkan kebencian masyarakat
India terhadap bangsa Inggris semakin kuat sehingga menimbulkan berbagai
pemberontakan yang hampir meruntuhkan Inggris di India, yaitu pemberontakan
Prajurit India (The Indian Multiny).
Pemberontakan Prajurit India tersebut terjadi dari tahun 1857-1859
dipimpin oleh Bahadur Syah raja Moghul di Delhi dan diikuti oleh rakyat India.
Namun pada akhirnya pemberontakan ini dapat diatasi oleh pasukan Inggris.
Bagi bangsa India Kebangkitan nasional bukanlah semata-mata
bersifat politik, tetapi juga usaha pembaharuan manusianya.
Diantara putera India, yang pertama-tama mulai sekedar akan
keruntuhan bangsanya, ialah Ram Mohan Roy. Pada tahun 1828 ia mendirikan suatu
gerakan yang dinamakan Brahma Samaj. Ram Mohan Roy bertujuan hendak
membersihkan kepercayaan bangsa Hindu dari hal-hal yang mengeruhkan agama. Ia
berusaha keras untuk memberantas keburukan yang terdapat dalam agama dan
masyarakat India, seperti: kebiasaan ikut mati jika suaminya meninggal, adanya
pembagian masyarakat menjadi 4 kasta, kebiasaan
mengawinkan anak-anak yang masih dibawah umur dan lain sebagainya.[7]
Tahun 1885 didirikanlah Indian National Congress(kemudian
disebut kongres) dan All Indian Muslim Leagoe (selanjutnya
disebut Liga Muslim) pada tahun 1906. Anggota kongres mula-mula terdiri dari
golongan menengah, saudagar, pemimpin publik, dan pengacara. Namun, kaum tani,
kaum buruh, termasuk didalamnya.
Sejak tahun 1898 orang-orang muslim banyak yang masuk di Kongres
dan berjuang dengan golongan Hindu untuk menentang Inggris. Akan tetapi dalam
perjalannya semakin sering didengar semboyan ”India unuk Hindu”, mereka juga
bertindak keras dalam menuntuk cita-citanya dan
tidak memperhitungkan perasaan golongan muslim. Hal inilah yang menyulut
kebencian golongan muslim. Persolusian itu semakin kuat, hal inilah yang
mendorong anggota-anggota muslim untuk membentuk organisasi sendiri yang
disebut dengan Liga Muslim dibawah pimpinan Muhammad Ali Jinnah dan Liquat Ali
Khan.
Sementara itu ada dua perkembangan di tubuh Kongres yang membuat komunitas
Muslim makin yakin untuk bersatu dalam sebuah badan politik yang terpisah. Pertama,
munculnya aliran radikal di dalam Kongres yang dimotori oleh B.G Tilak dalam
rangka menghidupkan kembali tradisi politik dan keagamaan Hindu (Maratha) yang
bersifat militan, bahwa India untuk bangsa Hindu. Aliran radikal ini sangat
dipengaruhi oleh pandangan gerakan pembaharuan Arya Samaj (Svami Dayananda
Sarasvati) dan Ramakrishna (Svami Vivekananda) bahwa sistem-sistem di dunia
barat lebih rendah dan berada di bawah sistem kerohanian Hindu. Kedua,
penolakan kongres
(lagi-lag dimotori oleh Tilak) atas rencana Viceroy Lord Curon (1898-1905) untuk membagi Benggaala menjadi dua propinsi dalam tahun 1095, yaitu: (1) Benggala Barat bagi penduduk yang beragama Hindu dan (2) Benggala Timur untuk yang sebagian besar beragama Islam.
(lagi-lag dimotori oleh Tilak) atas rencana Viceroy Lord Curon (1898-1905) untuk membagi Benggaala menjadi dua propinsi dalam tahun 1095, yaitu: (1) Benggala Barat bagi penduduk yang beragama Hindu dan (2) Benggala Timur untuk yang sebagian besar beragama Islam.
Pembagian Benggala menjadi dua propinsi itu sebenarnya bertujuan
agar kemajuan kaum muslim di benggala timur tidak terhalang oleh ketergantungan
kepada Calcutta Hindu di benggala barat. Rencana ini sudah disetujui oleh kaum
muslim. Tetapi kemudian dibatalkan berhubung adanya oposisi yang sangat kuat
(dalam bentuk demonstrasi-demonstrasi) dari kaum hindu.kaum Hindu berkeyakinan
bahwa pembagiaan benggala sama artinya dengan memecah belah tanah air India.
Kaum muslim kemudian mengambil tindakan untuk mempertahankan
kepentingan-kepentingan mereka. Pertama, pada Oktober 1906 mereka
mengirimkan delegasi kepada Viceroy Baru, Lord Minto, di Simla, dengan pimpinan
Agha Khan. Mereka meminta penegasan pemerintah atas kepastian hak wilayah
terpisah bagi kaum muslim. Hal ini belakangan dikabulkan seperti tersurat dalam
Government of India Act pada tahun 1909. Kedua, pada Desember
1906 menyelenggarakan pertemuan di Dacca dengan pimpinan Nawab Viqarul Mulk dan Nawab dari Dacca.
Mereka berhasil mendirikan organisasi Liga Muslim. [8]
C.
Dampak penetrasi barat terhadap masyarakat India
Dampak
penjajahan Inggris atas masyarakat India dibedakan menjadi dua yaitu, negatif
dan positif. Dampak Negatif disini adalah terjadinya diintegrasi
masyarakat India (terutama muslim) hampir dalam seluruh aspek kehidupan
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.[9]
Secara
ringkas dapat ditunjukkan bahwa dalam bidang politik, masyarakat India
tidak memiliki kemerdekaan dan martabat. Kekuatan dan kekuasaan politik mereka
hancur. Dalam bidang ekonomi, seperti diungkap oleh Jawaharlah Nehru
(1951: 274-285) terjadinya eksploitasi besar-besaran atas kekayaan India yang
dibawa Inggris dan di Inggris telah membantu mempercepat timbulnya Revolusi Industri.
Selanjutnya Industri rakyat India hancur dan bidang pertaniannya rusak,
sehingga sering timbul wabah kelaparan. Selama satu abad antara 1800-1900,
sekitar 12,5 juta rakyat India tewas menjadi korban wabah kelaparan.
Dalam
bidang sosial-budaya, terdapat upaya Inggris untuk menjadikan orang-orang India
berperadaban Barat (Inggris). Kemudian praktik-praktik diskriminasi antara ras,
kelas sosial yang berbeda diberlakukan oleh Inggris.
Dalam
bidang agama, meskipun kebijakan kolonial Inggris bersikap netral, tetapi lebih
mementingkan agama Kristen, seperti nampak dari banyaknya misionaris Kristen
yang beroperasi di India, antara lain yang berkedok menyelenggarakan lembaga
pendidikan. Lalu Inggris terkadang ikut campur dalam soal agama, misalnya agam
Hindu: melarang upacara sati (ikut terjunnya seorang istri dalam
pembakaran jenazah suaminya), memperbolehkan janda menikah lagi, dan lain-lain.
Sementara
dampak positif penjajahan Inggris tehadap rakyat India ialah berupa warisan
Infrastruktur dan suprastruktur yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan oleh
rakyat India sendiri, meliputi bidang pendidikan , administrasi-politik,
sosial-politik, dan kebudayaan. Bidang pendidikan, institusi
pendidikan Barat telah diberlakukan Inggris mulai dari tingkat dasar hingga
Universitas.
Universitas
yang pertama didirikan ialah Universitas Calcutta pada 1857 dan dalam jangka 30
tahun kemudian, empat Universitas baru didirikan, yakni di Bombay, Madras,
Lahore dn Allahabad. Kendatipun pendidikan Barat lebih diminati oleh kelas
menengah Hindu dibanding Muslim, pendidikan Barat ini mampu melahirkan golongan
elite intelektual (kaum terpelajar) India yang belakangan memiliki kesadaran
nasional atas realitas yang dihadapi bangsanya. Pentingnya pendidikan Barat
bagi orang-orang India, bukan hanya untuk mengisi jabatan-jabatan administratif
seperti pegawai ICS (Indi Civi Service/Pamong Praja India), melainkan
mengilhami mereka (khusus kaum terpelajar) dengan ide-ide liberal seperti
demokrasi, hak-hk asasi manusia, kebebasan dan juga nasionalisme.
Warisan
bidang administrasi-politik Inggris di India adalah tatana peraturan dan
hukum (Law and Order), sistem pemerintahan yang teratur dan rapi, adanya pemisah
kekuasaan ekslusif-legislatif-yudikatif, dan demokrasi liberal yang masih
dipegang teguh oleh pemerintah India (juga Pakistan, Bangladesh dan Srilangka)
hingga sekarang. Warisan dalam bidang sosial-ekonomi, misalnya berupa
jalan kereta api, saluran irigasi Sungai Indus dan Gangga, UU perburuhan, dan
sebagainya. Dalam bidang budaya, misalnya adanya minat orang Inggris untuk memajukan literatur dan budaya India,
penerjemahan karya sastra seperti Mahabarata dan Ramayana.
Dalam
tahun 1857 timbul pemberontakan kaum Sepoy (The great munity), yang oleh banyak
pengamat disebut sebagai the first war of Indian Independence (perang
kemerdekaan India yang pertama). Pemberontakan tersebut pecah sebagai reaksi
atas kekecewaan, kecurigaan dn ketidakpuasan masyarakat Indiabaik Hindu maupun
Muslim terhadapt Kolonialisme-Imperialisme Inggris dan dampak negatifnya. Namun
menurut Rahat Nabi Khan dalam UNESCO 1984, pemberontakan tersebut
merupakan “usaha terakhir untuk melawan
dengan kekuatan militer kemajuan kekuatan orang-orag Eropa, dalam membela
kekuasaan kolonial EIC atas anak Benua India diambil alih oleh pemerintahan
Kerajaan Inggris yang berpusat di London.[10]
BAB III
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang
melatarbelakangi penetrasi bangsa Barat ialah maraknya perdagangan dunia yang
banyak memberikan keuntungan dan adanya
semacam kompetisi kekuatan antara
negara-negara dari bangsa barat merupakan salah satu dari sekian banyak alasan
bangsa barat melakukan kolonsasi dan
penetrasi ke negara-negara di Asia salah satunya di India.
Lalu usaha yang dilakukan bangsa India untuk
menghadapi penjajahan yaitu adanya pemberontakan Prajurit India (The Indian
Multiny). Tahun 1885 didirikanlah Indian National Congress(kemudian
disebut kongres) dan All Indian Muslim Leagoe (selanjutnya
disebut Liga Muslim) pada tahun 1906.
Dampak
penetrasi barat terhadap masyarakat India ialah dibedakan menjadi dua yaitu, negatif
dan positif. Dampak Negatif disini adalah terjadinya diintegrasi
masyarakat India (terutama muslim) hampir dalam seluruh aspek kehidupan
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
v Sutrisno Kutojo,dkk. Sejarah dunia 1. (Jakarta: Widjaya
Jakarta, 1968)
v Suwarno.Dinamika Sejarah Asia Selatan (Yogyakarta: Penerbit
Ombak,2012)
v Badri Yatim, Ali Mufrodi, Syafi’, dkk.. Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam Khilafah. (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,)
v Sutrisno Kutojo,dkk. Sejarah dunia 2. (Jakarta: Widjaya
Jakarta, 1968)
[1]
Sutrisno Kutojo,dkk. Sejarah dunia 1. (Jakarta: Widjaya Jakarta, 1968),
hlm. 96.
[2] Suwarno.Dinamika
Sejarah Asia Selatan (Yogyakarta: Penerbit Ombak,2012),hlm. 107.
[3] Kutojo.
Sejarah, hlm.97
[4] Suwarno.Dinamika
Sejarah Asia Selatan (Yogyakarta: Penerbit Ombak,2012),hlm. 107.
[5]Kutoyo. Sejarah
Dunia 2, hlm.70.
[6]
Badri Yatim, Ali Mufrodi, Syafi’, dkk.. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam
Khilafah. (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,), hlm.291.
[7]
Ibid. Hlm 71.
[8]
Suwarno.Dinamika Sejarah Asia Selatan (Yogyakarta: Penerbit Ombak,2012),hlm.
120-121.
[9]
Ibid hlm.109
[10] Ibid
hlm. 109-112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar