BAB I
PENDAHULUAN
Aurangzeb adalah seorang penguasa
yang shalih ta’at beribadah dan seorang pemimpin yang memberikan corak
keIslaman di dalam kerajaan Mughal. walaupun untuk mengambil kekuasaan ia harus
melangkahi tiga kepala saudaranya dan memenjarakan ayahnya. Berbeda dengan para
pemimpin sebelumnya ia memberikan kontribusi yang cukup gemilang di bandingkan
dengan para penguasa-penguasa sebelumnya.
Adapun rumusan masalah dari makalah
ini adalah
1. Bagaimana
pemerintahan pada masa Aurangzeb?
2. Apa
saja kesuksesan yang dapat di raih pada masa kepemimpinan Aurangzeb?
3. Seperti
apa kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Aurangzeb baik kepada orang islam
maupun Non Islam khususnya Hindu?
4. Bagaimana
akhir dari pemerintahan Aurangzeb?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pemerintahan
Aurangzeb
Sebelum Aurangzeb berkuasa, tambuk kekuasaan
kesultanan Mughal di pegang oleh ayahnya, Syah Jehan. Syah Jehan, ia memiliki
seorang putra yang gagah berani di dalam medan perang, yaitUu Aurangzeb putera
ketiga. Aurangzeb bermaksud hendak menyelesaikan pemberontakkan ini untuk
selama-lamanya dengan menghapuskan tiga kerajaan yang selalu membuat kacau,
yaitu Golkond, Bidar dan Baijapur. Satu demi satu kerajaan itu diserang dan
hendak di taklukkan langsung, tetapi setiap Aurangzeb maju kemuka, dan hampir
jatuh pertahanan kerajaan-kerajaan itu, setiap kali pula datang perintah
ayahnya agar penyerangan itu jangan diteruskan. Adapun yang selalu diutus oleh
Aurangzeb untuk menyampaikan kabar
berita kemenangan kepada ayahnya adalah saudaranya yang tertua, yaitu Dara.
Maka oleh karena selalu langkah-langkahnya terhalang setelah disampaikan oleh
abangnya kepada ayahnya, timbullah kecurigaan Aurangzeb kepada saudaranya Dara.
Mungkin saja usaha-usahanya yang besar itu menimbulkan rasa iri hati pada
abangnya, Dara, karena takut adiknya akan lebih masyhur dan akan diangkat
menjadi seorang raja untuk menggantikan ayahnya. Maka tidaklah heran jika
timbul fitnah diantara dua orang
bersaudara itu, apa lagi hati ayahnya lebih cenderung kepada Dara. Maka mulailah
Aurangzeb menyusun kekuatan melawan saudaranya Dara dan ayahnya sekaligus.
Kedua saudaranya yang lain Syuja’ dan Murad diajak memihaknya. Maka terjadilah
peperangan yang besar diantara empat orang anak raja itu, Aurangzeb, Syuja’ dan
Murad disatu pihak dan Dara di pihak lain, sedang ayahnya tidak mampu
menyelesaikannya. Akhirnya Dara kalah, dan tentara Aurangzeb masuk kedalam ibukota.
Aurangzeb mengirim utusan kepada ayahnya, meminta supaya ayahnya jangan
khuwatir jika dia masuk kedalam kota . dia tidak akan menggangu kedudukan
ayahnya. Maka tentramlah hati sang ayah, sehingga pintu kota dibuka untuk
menerima masuk puteranya yang menang itu bersama tentaranya. Baru saja dia
sampai keistana, segeralah ia memungkiri janjinya, ditangkapnya ayahnya, dan dimasukkannya kedalam tahanan dalam
istana. Persis sebagaimana yang dilakukan oleh Syah Jehan dahulu kepada ayahnya
Jihangir.
Setelah ayahnya masuk penjara, tiba-tiba
ditangkapnya saudara-saudaranya yang membantunya, yaitu Murad. Dengan tuduhan
saudaranya itu bermuka dua dan banyak berbohong. Saudaranya itu dibunuh.
Setelah itu dihukumnya pula saudaranya Dara yang lebih dahulu telah tertangkap.
Perbuatannya yang sangat keji dilakukannya pula, yaitu membunuh Dara,
dipenggalnya lehernya dan dikirimkannya kepala Dara kepada ayahnya yang
dikurungnya dipenjara. Kemudian itu diusirnya pula saudaranya Syuja’ dari
kedudukkannya sebagai gubernur di Benggala. Dengan sebab itu maka tidak ada
lagi lawannya, baik ayahnya atau saudara-saudaranya yang akan menghalanginya,
sehingga pada tahun 1659 M disahkannya dirinya sebagai Raja pengganti dari
ayahnya, Syah Jehan.
2.
Kemajuan
Pada Masa Pemerintahan Aurangzeb
47 tahun Aurangzeb memerintah (1659-1707).
Aurangzeblah orang kedua yang senantiasa menjadi perbincangan ahli sejarah
tentang keganjilan pribadinya. Dia naik tahta setelah melangkahi kepala tiga
saudaranya dan memenjarakan ayahnya, ia keras hati kejam, gagah perkasa dalam
medan perang, akan tetapi airmatanya berlinang bila mendengar fatwa para ahli
agama. Ta’at beribadah dan sangat streng melakukan perintah Illahi. Pendapatnya
ialah; kalau berlaku kejam, adalah karena cinta agama semata-mata.
Cita-citanya yang sangat kuat ialah hendak
mendirikan kerajaan Mughal yang meliputi seluruh Hindustan menurut batas-batas aslinya. Aurangzeb berusaha untuk
mengalahkan kerajaan Hindu Brahmana, yaitu Mahrata. Kerajaan ini senantiasa menunjukkan
kebenciannya dan melampiaskan dendamnya kepada kaum muslimin, sehingga seorang
rajanya yang bernama Sivaji Punsala pernah merampok atau menyuruh perampok
untuk merampok para kafilah haji yang akan berangkat dari pelabuhan surat ke
Makkah.
Kejadian ini menjadi peluang bagi Aurangzeb, ia
sudah lama mencari-cari alasan untuk menyerang Negeri Mahrata. Maka
dikerahkannyalah tentara yang besar yang dipimpin oleh dirinya sendiri untuk
menyerang negeri itu, sehingga karena tidak kuat bertahan, raja Sivaji Punsala
melarikan diri pegunungan Poona. Dari sanalah ia selalu mengatur siasat
pemberontakkan sampai matinya. Ditahun 1685 Aurangzeb sekali lagi memimpin
suatu angkatan besar melanjutkan cita-citanya, yaitu menaklukkan Golkond dan
Baijapur. Waktu itu pula dapat ditawannya Sambaji putera dari Sivaji yang
menggantikan ayahnya menjadi Raja Mahrata. Raja itu dipenggal lehernya sebagai
hukuman terhadap pemberontakkan.
Setelah itu ia meneruskan rencananya memperluas
kerajaannya meliputi daerah Hindustan. Ditahun 1660 dikuasainya negeri Asam,
dan tahun 1666 ia memperluas kekuasaannya
sampai ke Arakkan. Kerajaan Mughal
pada masa Aurangzeb Islam telah sangat luas dan besar melebihi pada masa Akbar.
Batasnya sudah meluas sejak dari Kabul Afganistan sampai ke Arakan. Dari
pegunungan Himalaya sampai ke Karnat (India sebelah selatan jauh).
Motif pengambilalihan (kudeta) kekuasaan mungkin
lebih didasarkan atas kepentingan penyelamatan nilai-nilai syariah Islam,
sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya faktor pribadi. Sepanjang masa
pemerintahannya antara 1658-1707 M, keberhasilan banyak dicapai seperti para
pendahulunya, baik dari aspek ekonomi, sosial politik maupun agama. Dalam
penaklukan wilayah-wilayah baru, keberhasilannya sangat luar biasa jika
dibandingkan dengan Sultan Akbar yang hanya menguasai wilayah baru sebanyak 15
daerah, sedangkan Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru ; 14 daerah di India
Utara dan 6 di daerah Dekkan, dan satu buah lagi di Afganistan.
Motif penaklukkannya didasarkan oleh dorongan
cita-citanya untuk menyatukan kawasan wilayah Islam disekitar India dan daerah
yang terjangkau oleh kontrol politiknya untuk menerapkan nilai-nilai syariah
Islam. Kejayaannya ditunjukkan oleh barisan tentara yang kuat dan sangat
berkesan sepanjang sejarah kesultanan Mughal. [1]
Penghasilan negara pada masa Akbar kira-kira 500
juta Pound sterling setahun sedanngkan pada masa Aurangzeb naik meningkat
sampai satu milyard. Tetapi pemerintahhannya dan kefanatikkannya jauh berbeda
dengan Akbar. Dia berusaha memberikan corak keislaman pada India yang mempunyai
penduduk yang mayoritas beragama Hindu. Bahkan
di Benares tanah suci orang Hindu didirikannya sebuah masjid besar
disamping kuil-kuil Hindu dengan kkubahnya yang putih dan menaranya yang
menjulang kelangit. Nama kota Benares diubahnya menjadi Ahmadabad. Kebenciannya
terhadap rumah-rumah berhala tidak dapat disembunyikannya, sehingga tiak
diperdulikannya lagi perasaan rakyatnya yang beragama Hindu.
Di balik kekejamannya, ia adalah muslim yang Sholeh,
tahajud, berpuasa dan hidup sangat sederhana serta suka sekali mendengarkan
pengajaran hikmat dari ulama-ulama Tasauf, dengan tidak terpengaruh oleh ajaran
tasauf yang melanggar sunnah. [2]
3.
Kebijakan-Kebijakan
Pada Masa Pemerintahan Aurangzeb
Pada masa pemerintahan Aurangzeb, ia menerapkan
nilai-nilai syariah yang ketat di dalam tubuh pemerintahannya, yang pada
periode-periode sebelumnya kurang diperhatikan, bahkan di abaikan sama sekali.
Jiwa dan semangat politik Islamnya berdasarkan
Al-quran dan as-Sunnah, serta mendapatkan dukungan penuh dan sangat kuat dari
ulama, meskipun disisilain ada kecemburuan yang sangat kuat dari kelompok lain.
Kaum muslimin menganggap bahwa ia adalah waliullah karena pembelaannya pada nilai-nilai syariah.
Ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar biasa. Sebaliknya, orang-orang
Hindu memandang ia sebagai seorang pemimpin yang zhalim. Walaupun masih banyak
pula kelompok non-muslim yang memberikan dukungan karena keadilannya.
Dalam pandangannya, hanya Islam yang dapat dan mampu
menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Karena itu, undang-undang yang harus
dipakai pemerintah ialah undang-undang Islam. Ia menetapkan kembali peraturan jizyah yang telah dihapuskan oleh sultan
Akbar, seratus tahun yang lalu. Ia menyadari bahwa kebijakan sultan Akbar
merupakan suatu hal yang menyimpang dan keluar dari garis keIslaman. Ia juga
menghapus tradisi Istana yang banyak diwarnai pola kemubadziran dan diganti dengan pola islami sedemikian rupa. Ia
melarang dan menghapuskan pusat-pusat minuman keras, nyanyi-nyanyian, musik dan
berbagai persoalan yang dipandang mubadzir
menurut agama Islam. Berbeda dengan penguasa sebelumnya yang amat mencintai
musik, Aurangzeb dinilai sebagai seorang raja yang tidak menyukai Seni,
termasuk musik. Karena itu ia mengusir semua penyanyi dari Istana.[3]
Dalam
hal ini ia menugaskan kementrian khusus untuk mengawasi dan mensosialisasikan
hukum-hukum islam. Untuk itu ia membuat undang-undang dalam kitab fatawa Alamngiri.
Kebijakan lainnya yang sangat berani adalah usaha
mengawasi perkembangan dan kegiatan-kegiatan agama lain di India, terutama
Hindu sebagai agama mayoritas India. Setiap kegiatan keagamaan harus ada
izinsultan sehingga tidak sedikit kuil-kuil Hindu yang disalah gunakan untuk
kegiatan-kegiatan politik akan dihancurkan olehnya.
Diantara berbagai kebijakkan-kebijakkan,
ada kebijakkan yang melatar belakangi munculnya konflik, terutama pada masa
akhir pemerintahannya, sebagai berikut :
a. Kebijakkan
yang begitu keras terhadap orang-orang Hindu, yakni bukan hanya menetapkan
kembali jizyah, bahkan adannya
larangan untuk mendirikan kuil-kuil baru. Tindakkannya menghancurkan kuil-kuil
di Benares, Gujarat dan Orissa berdasarkan alasan bahwa kuil-kuil itu menjadi
sarang politik orang-orang Hindu.
b. Penaklukkan
wilayah Deccan telah menimbulkan dendam bagi orang-orang syiah disana sehingga
gerakkan yang dilakukan oleh mereka telah menyulitkan kerajaan Mughal
untuk menentrampaknya.
c. Aurangzeb
tidak mempersiapkan penggantinya untuk bisa meneruskan kesultanan Mughal karena
ia merasa sulit untuk memilih putra-putra mahkotanya. Ini terjadi karena ia
mengikuti jejak orang tuanya yang tidak pernah menunjuknya untuk memerintah.
d. Membuka
jalur perdagangan yang bebas, termasuk dengan Inggris, untuk memasuki wilayah
India diperairan Hungli dan Surat. Inilah yang menjadi akar paling berbahaya,
terutama ketika memasuki kesultanan berikutnya yang lemah, sedangkan Inggris
sulit sekali dipatahkan. [4]
e. Aurangzeb
mengajak rakyatnya untuk masuk Islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam
dibawah jalan-jalan menuju masjid agar orang Islam setiap harinya menginjak
arca-arca tersebut. Kebijakkan Aurangzeb tersebut banyak menuai kritik dari
kalangan Hindu, diantaranya adalah kerajaan Rajput yang semula mendukung
kerajaan Mogul kemudian berbalik menentangnya. Tindakkanya yang sewanang-wenang
ini pula yang pada akhirnya membawa kerajaan Mogul mengalami masa kemunduran. [5]
4.
Akhir
Masa Pemerintahan Aurangzeb
Pada tahun 1707 Aurangzeb wafat diusianya yang ke 47
tahun. Setelah Aurangzeb wafat raja-raja
berikutnya mulai lemah. Tidak lama setelah ia wafat, Negeri Haiderabad Dekan
melepaskan diri dari ikatan Delhi, kemudian Benggala dan Aud yang semua
berdekatan tahunnya. Sehingga yang masih bertahan adalah Delhi, Agra dan
negeri-negeri Duab. Yang melepaskan diri itu semuanya adalah sultan-sultan
Islam. Maka lepas pulalah kaum Shik dan kerajaan Mahrata. [6]
Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai simbol dan lambang
belaka, bahkan raja hanya diberi gaji oleh kolonial Inggris yang telah datang
untuk biaya hidup tinggal di dalam Istana. Akhirnya setelah Sultan Bahadur Shah
yang terakhir memimpin pemberontaakkan melawan Inggris namun gagal, ia
tertangkap dan disiksa secara keji, lalu dibuang ke Rango (myanmar). Dengan
demikian, mata tamatlah riwayat kerajaan Islam Mughal di India, setelah
berabad-abad lamanya mengalami masa kejayaan.
BAB III
PENUTUP
Pada masa pemerintahan Aurangzeb
banyak keberhasilan yang dicapai kerajaan Mughal, ia berusaha memberikan corak
keislaman di dalam kerajaan Mughal, walaupun untuk penduduki kekuasaannya ia
harus memenjarakan ayahnya dan membunuh saudaranya diantaranya Dara, Syuja’ dan
Murad. Banyak wilayah yang dapat ia taklukkan diantaranya kerajaan Mahrata dan
lain-lain.
Banyak
kebijakan-kebijakan yang ia terapkan, ia memasukkan nilai-nilai syariah islam
didalam kerajaan Mughal, bahkan ia membuat Undang-undang dalam kitab fatawa Alamngiri. Akan tetapi banyak
kebijakan-kebijakan terhadap umat Hindu yang menjadi moyoritaas di India yang
sangat menuai kontrafersi. Diantaranya, Aurangzeb merobohkan kuil-kuil dan
membangun masjid di sana, ia juga menetapkan jizyah kepada non muslim yang
dahulu sudah dihapuskan oleh sultan akbar.
DAFTAR PUSTAKA
Badri
Yatim. 2006. Islam Di Asia Selatan.Bandung: Humaniora.
Hamka.
1960. Sejarah Umat Islam III.
Jakarta: Bulan Bintang.
M.
Abdul Karim. 2007. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Bagaskara.
[1] Badri Yatim. Islam di Asia Selatan. Hlm 101
[2] Hamka. Sejarah Umat Islam III. Hlm 155-159
[3] Taufik Abdullah. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Hlm 299
[4] Badri Yatim, Islam Diasia Selatan. Hlm 103
[5] M. Abdul Karim. Sejarah pemikiran dan peradaban Islam.
Hlm 318
[6]Hamka. Sejarah Umat Islam III. Hlm 159
Tidak ada komentar:
Posting Komentar