Selasa, 14 Mei 2013

ISLAMISASI PADA MASA AURANGZEB DI INDIA


BAB I
PENDAHULUAN
            Aurangzeb adalah seorang penguasa yang shalih ta’at beribadah dan seorang pemimpin yang memberikan corak keIslaman di dalam kerajaan Mughal. walaupun untuk mengambil kekuasaan ia harus melangkahi tiga kepala saudaranya dan memenjarakan ayahnya. Berbeda dengan para pemimpin sebelumnya ia memberikan kontribusi yang cukup gemilang di bandingkan dengan para penguasa-penguasa sebelumnya.

            Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
1.      Bagaimana pemerintahan pada masa Aurangzeb?
2.      Apa saja kesuksesan yang dapat di raih pada masa kepemimpinan Aurangzeb?
3.      Seperti apa kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Aurangzeb baik kepada orang islam maupun Non Islam khususnya Hindu?
4.      Bagaimana akhir dari pemerintahan Aurangzeb?












BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pemerintahan Aurangzeb
Sebelum Aurangzeb berkuasa, tambuk kekuasaan kesultanan Mughal di pegang oleh ayahnya, Syah Jehan. Syah Jehan, ia memiliki seorang putra yang gagah berani di dalam medan perang, yaitUu Aurangzeb putera ketiga. Aurangzeb bermaksud hendak menyelesaikan pemberontakkan ini untuk selama-lamanya dengan menghapuskan tiga kerajaan yang selalu membuat kacau, yaitu Golkond, Bidar dan Baijapur. Satu demi satu kerajaan itu diserang dan hendak di taklukkan langsung, tetapi setiap Aurangzeb maju kemuka, dan hampir jatuh pertahanan kerajaan-kerajaan itu, setiap kali pula datang perintah ayahnya agar penyerangan itu jangan diteruskan. Adapun yang selalu diutus oleh Aurangzeb  untuk menyampaikan kabar berita kemenangan kepada ayahnya adalah saudaranya yang tertua, yaitu Dara. Maka oleh karena selalu langkah-langkahnya terhalang setelah disampaikan oleh abangnya kepada ayahnya, timbullah kecurigaan Aurangzeb kepada saudaranya Dara. Mungkin saja usaha-usahanya yang besar itu menimbulkan rasa iri hati pada abangnya, Dara, karena takut adiknya akan lebih masyhur dan akan diangkat menjadi seorang raja untuk menggantikan ayahnya. Maka tidaklah heran jika timbul fitnah  diantara dua orang bersaudara itu, apa lagi hati ayahnya lebih cenderung kepada Dara. Maka mulailah Aurangzeb menyusun kekuatan melawan saudaranya Dara dan ayahnya sekaligus. Kedua saudaranya yang lain Syuja’ dan Murad diajak memihaknya. Maka terjadilah peperangan yang besar diantara empat orang anak raja itu, Aurangzeb, Syuja’ dan Murad disatu pihak dan Dara di pihak lain, sedang ayahnya tidak mampu menyelesaikannya. Akhirnya Dara kalah, dan tentara Aurangzeb masuk kedalam ibukota. Aurangzeb mengirim utusan kepada ayahnya, meminta supaya ayahnya jangan khuwatir jika dia masuk kedalam kota . dia tidak akan menggangu kedudukan ayahnya. Maka tentramlah hati sang ayah, sehingga pintu kota dibuka untuk menerima masuk puteranya yang menang itu bersama tentaranya. Baru saja dia sampai keistana, segeralah ia memungkiri janjinya, ditangkapnya ayahnya,  dan dimasukkannya kedalam tahanan dalam istana. Persis sebagaimana yang dilakukan oleh Syah Jehan dahulu kepada ayahnya Jihangir.
Setelah ayahnya masuk penjara, tiba-tiba ditangkapnya saudara-saudaranya yang membantunya, yaitu Murad. Dengan tuduhan saudaranya itu bermuka dua dan banyak berbohong. Saudaranya itu dibunuh. Setelah itu dihukumnya pula saudaranya Dara yang lebih dahulu telah tertangkap. Perbuatannya yang sangat keji dilakukannya pula, yaitu membunuh Dara, dipenggalnya lehernya dan dikirimkannya kepala Dara kepada ayahnya yang dikurungnya dipenjara. Kemudian itu diusirnya pula saudaranya Syuja’ dari kedudukkannya sebagai gubernur di Benggala. Dengan sebab itu maka tidak ada lagi lawannya, baik ayahnya atau saudara-saudaranya yang akan menghalanginya, sehingga pada tahun 1659 M disahkannya dirinya sebagai Raja pengganti dari ayahnya, Syah Jehan.

2.      Kemajuan Pada Masa Pemerintahan Aurangzeb
47 tahun Aurangzeb memerintah (1659-1707). Aurangzeblah orang kedua yang senantiasa menjadi perbincangan ahli sejarah tentang keganjilan pribadinya. Dia naik tahta setelah melangkahi kepala tiga saudaranya dan memenjarakan ayahnya, ia keras hati kejam, gagah perkasa dalam medan perang, akan tetapi airmatanya berlinang bila mendengar fatwa para ahli agama. Ta’at beribadah dan sangat streng melakukan perintah Illahi. Pendapatnya ialah; kalau berlaku kejam, adalah karena cinta agama semata-mata.
Cita-citanya yang sangat kuat ialah hendak mendirikan kerajaan Mughal yang meliputi seluruh Hindustan menurut  batas-batas aslinya. Aurangzeb berusaha untuk mengalahkan kerajaan Hindu Brahmana, yaitu Mahrata. Kerajaan ini senantiasa menunjukkan kebenciannya dan melampiaskan dendamnya kepada kaum muslimin, sehingga seorang rajanya yang bernama Sivaji Punsala pernah merampok atau menyuruh perampok untuk merampok para kafilah haji yang akan berangkat dari pelabuhan surat ke Makkah.
Kejadian ini menjadi peluang bagi Aurangzeb, ia sudah lama mencari-cari alasan untuk menyerang Negeri Mahrata. Maka dikerahkannyalah tentara yang besar yang dipimpin oleh dirinya sendiri untuk menyerang negeri itu, sehingga karena tidak kuat bertahan, raja Sivaji Punsala melarikan diri pegunungan Poona. Dari sanalah ia selalu mengatur siasat pemberontakkan sampai matinya. Ditahun 1685 Aurangzeb sekali lagi memimpin suatu angkatan besar melanjutkan cita-citanya, yaitu menaklukkan Golkond dan Baijapur. Waktu itu pula dapat ditawannya Sambaji putera dari Sivaji yang menggantikan ayahnya menjadi Raja Mahrata. Raja itu dipenggal lehernya sebagai hukuman terhadap pemberontakkan.
Setelah itu ia meneruskan rencananya memperluas kerajaannya meliputi daerah Hindustan. Ditahun 1660 dikuasainya negeri Asam, dan tahun 1666 ia memperluas kekuasaannya  sampai ke Arakkan.  Kerajaan Mughal pada masa Aurangzeb Islam telah sangat luas dan besar melebihi pada masa Akbar. Batasnya sudah meluas sejak dari Kabul Afganistan sampai ke Arakan. Dari pegunungan Himalaya sampai ke Karnat (India sebelah selatan jauh).
Motif pengambilalihan (kudeta) kekuasaan mungkin lebih didasarkan atas kepentingan penyelamatan nilai-nilai syariah Islam, sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya faktor pribadi. Sepanjang masa pemerintahannya antara 1658-1707 M, keberhasilan banyak dicapai seperti para pendahulunya, baik dari aspek ekonomi, sosial politik maupun agama. Dalam penaklukan wilayah-wilayah baru, keberhasilannya sangat luar biasa jika dibandingkan dengan Sultan Akbar yang hanya menguasai wilayah baru sebanyak 15 daerah, sedangkan Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru ; 14 daerah di India Utara dan 6 di daerah Dekkan, dan satu buah lagi di Afganistan.
Motif penaklukkannya didasarkan oleh dorongan cita-citanya untuk menyatukan kawasan wilayah Islam disekitar India dan daerah yang terjangkau oleh kontrol politiknya untuk menerapkan nilai-nilai syariah Islam. Kejayaannya ditunjukkan oleh barisan tentara yang kuat dan sangat berkesan sepanjang sejarah kesultanan Mughal. [1]
Penghasilan negara pada masa Akbar kira-kira 500 juta Pound sterling setahun sedanngkan pada masa Aurangzeb naik meningkat sampai satu milyard. Tetapi pemerintahhannya dan kefanatikkannya jauh berbeda dengan Akbar. Dia berusaha memberikan corak keislaman pada India yang mempunyai penduduk yang mayoritas beragama Hindu. Bahkan  di Benares tanah suci orang Hindu didirikannya sebuah masjid besar disamping kuil-kuil Hindu dengan kkubahnya yang putih dan menaranya yang menjulang kelangit. Nama kota Benares diubahnya menjadi Ahmadabad. Kebenciannya terhadap rumah-rumah berhala tidak dapat disembunyikannya, sehingga tiak diperdulikannya lagi perasaan rakyatnya yang beragama Hindu.
Di balik kekejamannya, ia adalah muslim yang Sholeh, tahajud, berpuasa dan hidup sangat sederhana serta suka sekali mendengarkan pengajaran hikmat dari ulama-ulama Tasauf, dengan tidak terpengaruh oleh ajaran tasauf yang melanggar sunnah. [2]

3.      Kebijakan-Kebijakan Pada Masa Pemerintahan Aurangzeb
Pada masa pemerintahan Aurangzeb, ia menerapkan nilai-nilai syariah yang ketat di dalam tubuh pemerintahannya, yang pada periode-periode sebelumnya kurang diperhatikan, bahkan di abaikan sama sekali. Jiwa dan semangat politik  Islamnya berdasarkan Al-quran dan as-Sunnah, serta mendapatkan dukungan penuh dan sangat kuat dari ulama, meskipun disisilain ada kecemburuan yang sangat kuat dari kelompok lain. Kaum muslimin menganggap bahwa ia adalah waliullah  karena pembelaannya pada nilai-nilai syariah. Ini menjadi dukungan spiritual politik yang luar biasa. Sebaliknya, orang-orang Hindu memandang ia sebagai seorang pemimpin yang zhalim. Walaupun masih banyak pula kelompok non-muslim yang memberikan dukungan karena keadilannya.
Dalam pandangannya, hanya Islam yang dapat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Karena itu, undang-undang yang harus dipakai pemerintah ialah undang-undang Islam. Ia menetapkan kembali peraturan jizyah yang telah dihapuskan oleh sultan Akbar, seratus tahun yang lalu. Ia menyadari bahwa kebijakan sultan Akbar merupakan suatu hal yang menyimpang dan keluar dari garis keIslaman. Ia juga menghapus tradisi Istana yang banyak diwarnai pola kemubadziran dan diganti dengan pola islami sedemikian rupa. Ia melarang dan menghapuskan pusat-pusat minuman keras, nyanyi-nyanyian, musik dan berbagai persoalan yang dipandang mubadzir menurut agama Islam. Berbeda dengan penguasa sebelumnya yang amat mencintai musik, Aurangzeb dinilai sebagai seorang raja yang tidak menyukai Seni, termasuk musik. Karena itu ia mengusir semua penyanyi dari Istana.[3]
Dalam hal ini ia menugaskan kementrian khusus untuk mengawasi dan mensosialisasikan hukum-hukum islam. Untuk itu ia membuat undang-undang dalam kitab fatawa Alamngiri.
Kebijakan lainnya yang sangat berani adalah usaha mengawasi perkembangan dan kegiatan-kegiatan agama lain di India, terutama Hindu sebagai agama mayoritas India. Setiap kegiatan keagamaan harus ada izinsultan sehingga tidak sedikit kuil-kuil Hindu yang disalah gunakan untuk kegiatan-kegiatan politik akan dihancurkan olehnya.
Diantara berbagai kebijakkan-kebijakkan, ada kebijakkan yang melatar belakangi munculnya konflik, terutama pada masa akhir pemerintahannya, sebagai berikut :
a.       Kebijakkan yang begitu keras terhadap orang-orang Hindu, yakni bukan hanya menetapkan kembali jizyah, bahkan adannya larangan untuk mendirikan kuil-kuil baru. Tindakkannya menghancurkan kuil-kuil di Benares, Gujarat dan Orissa berdasarkan alasan bahwa kuil-kuil itu menjadi sarang politik orang-orang Hindu.
b.      Penaklukkan wilayah Deccan telah menimbulkan dendam bagi orang-orang syiah disana sehingga gerakkan yang dilakukan oleh mereka telah menyulitkan kerajaan Mughal untuk  menentrampaknya.
c.       Aurangzeb tidak mempersiapkan penggantinya untuk bisa meneruskan kesultanan Mughal karena ia merasa sulit untuk memilih putra-putra mahkotanya. Ini terjadi karena ia mengikuti jejak orang tuanya yang tidak pernah menunjuknya untuk memerintah.
d.      Membuka jalur perdagangan yang bebas, termasuk dengan Inggris, untuk memasuki wilayah India diperairan Hungli dan Surat. Inilah yang menjadi akar paling berbahaya, terutama ketika memasuki kesultanan berikutnya yang lemah, sedangkan Inggris sulit sekali dipatahkan. [4]
e.       Aurangzeb mengajak rakyatnya untuk masuk Islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam dibawah jalan-jalan menuju masjid agar orang Islam setiap harinya menginjak arca-arca tersebut. Kebijakkan Aurangzeb tersebut banyak menuai kritik dari kalangan Hindu, diantaranya adalah kerajaan Rajput yang semula mendukung kerajaan Mogul kemudian berbalik menentangnya. Tindakkanya yang sewanang-wenang ini pula yang pada akhirnya membawa kerajaan Mogul mengalami masa kemunduran. [5]




4.      Akhir Masa Pemerintahan Aurangzeb
Pada tahun 1707 Aurangzeb wafat diusianya yang ke 47 tahun. Setelah Aurangzeb wafat  raja-raja berikutnya mulai lemah. Tidak lama setelah ia wafat, Negeri Haiderabad Dekan melepaskan diri dari ikatan Delhi, kemudian Benggala dan Aud yang semua berdekatan tahunnya. Sehingga yang masih bertahan adalah Delhi, Agra dan negeri-negeri Duab. Yang melepaskan diri itu semuanya adalah sultan-sultan Islam. Maka lepas pulalah kaum Shik dan kerajaan Mahrata. [6] Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai simbol dan lambang belaka, bahkan raja hanya diberi gaji oleh kolonial Inggris yang telah datang untuk biaya hidup tinggal di dalam Istana. Akhirnya setelah Sultan Bahadur Shah yang terakhir memimpin pemberontaakkan melawan Inggris namun gagal, ia tertangkap dan disiksa secara keji, lalu dibuang ke Rango (myanmar). Dengan demikian, mata tamatlah riwayat kerajaan Islam Mughal di India, setelah berabad-abad lamanya mengalami masa kejayaan.












BAB III
PENUTUP
            Pada masa pemerintahan Aurangzeb banyak keberhasilan yang dicapai kerajaan Mughal, ia berusaha memberikan corak keislaman di dalam kerajaan Mughal, walaupun untuk penduduki kekuasaannya ia harus memenjarakan ayahnya dan membunuh saudaranya diantaranya Dara, Syuja’ dan Murad. Banyak wilayah yang dapat ia taklukkan diantaranya kerajaan Mahrata dan lain-lain.
Banyak kebijakan-kebijakan yang ia terapkan, ia memasukkan nilai-nilai syariah islam didalam kerajaan Mughal, bahkan ia membuat Undang-undang dalam kitab fatawa Alamngiri. Akan tetapi banyak kebijakan-kebijakan terhadap umat Hindu yang menjadi moyoritaas di India yang sangat menuai kontrafersi. Diantaranya, Aurangzeb merobohkan kuil-kuil dan membangun masjid di sana, ia juga menetapkan jizyah kepada non muslim yang dahulu sudah dihapuskan oleh sultan akbar.













DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim. 2006.  Islam Di Asia Selatan.Bandung: Humaniora.
Hamka. 1960. Sejarah Umat Islam III. Jakarta: Bulan Bintang.
M. Abdul Karim. 2007.  Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Bagaskara.
Taufik Abdullah. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: PT Ichtiar baru van hoeve.


[1] Badri Yatim. Islam di Asia Selatan. Hlm 101
[2] Hamka. Sejarah Umat Islam III. Hlm 155-159
[3] Taufik Abdullah. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Hlm 299
[4] Badri Yatim, Islam Diasia Selatan. Hlm 103
[5] M. Abdul Karim. Sejarah pemikiran dan peradaban Islam. Hlm 318
[6]Hamka. Sejarah Umat Islam III. Hlm 159

Tidak ada komentar:

Posting Komentar